SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA
Struktur perekonomian Indonesia tentang bagaimana arah kebijakan perekonomian Indonesia merupakan isu menarik. Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era
industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan
sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan
kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan
tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi (Firmanzah, 2010).
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat. Lewat tabel I ini, kita bisa mengetahui sektor-sektor yang bergerak lewat pertanian.
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat. Lewat tabel I ini, kita bisa mengetahui sektor-sektor yang bergerak lewat pertanian.
Sektor pertanian terdiri
atas:
|
||
1. Tanaman pangan
1.1.Tanaman Palawija biasanya palawija berupa tanaman kacang-kacangan,
serealia selain padi (seperti jagung),
dan umbi-umbian semusim (ketela pohon dan ubi jalar).
1.2.Padi
Keanekaragaman
budidaya:
-
Padi gogo
-
Padi rawa
|
Beberapa masalah dalam
produksi palawija :
-
Rendahnya produktivitas
lahan.
-
Rendahnya tingkat penggunaan
lahan.
-
Benih atau bibit masih
bersifat lokal.
-
Pengelolaan yang masih
tradisional.
-
Tingginya tingkat susutan
pasca panen.
|
|
2. Perkebunan
- Perkebunan rakyat.
- Perkebunan besar.
|
Pengusahaan tanaman
perkebunan tersebut berlangsung dualistis, yaitu :
-
Diselenggarakan rakyat
secara perorangan.
-
Diselenggarakan oleh
perusahaan perkebunan (pemerintah atau swasta).
|
|
3. Kehutanan
SUB SEKTOR KEHUTANAN
- Penebangan kayu
- Pengambilan hasil hutan lain
- Perburuan
|
Hutan berdasarkan tata guna
:
1. Hutan lindung.
2. Suaka alam dan hutan wisata.
3. Hutan produksi terbatas.
4. Hutan produksi tetap.
5. Hutan produksi yang dapat dikonversi.
|
|
4. Peternakan
|
BPS dalam melakukan
perhitungan produksi pada sektor ini didasarkan pada :
– - Data pemotongan.
– - Selisih stok atau perubahan
– - populasi.
– - Ekspor netto.
|
|
5. Perikanan
|
Faktor penyebab lambannya
pertumbuhan sub sektor ini :
-
Sarana yang kurang memadai
-
Larangan mengoperasikan pukat
harimau (trawl).
-
Adanya pencurian ikan secara
besar-besaran oleh kapal asing tanpa berhasil ditangkap oleh satuan patroli
pantai perairan Indonesia.
-
Berkaitan dengan perikanan
darat khususnya udang, yaitu rendahnya produktivitas lahan udang.
|
Potensi bidang pertanian
Indonesia
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita
menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami
permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah
tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya
lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin
besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana
pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga
membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.
Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian
per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini
adalah karena pasokan $air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang.
Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki.
Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi
dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin
mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di
kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan
dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi
kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian,
seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu
mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan
bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan
struktur perekonomian Indonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan,
asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial
dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini,
sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah
orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan
sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling
tinggi.
Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai
sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk
hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di
atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung
sektor pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor
pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan
konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan
kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap
mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan
semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain
yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung
bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor
ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor
perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung
seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi
pertumbuhan di sektor ini.
Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah
perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga
telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang
membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian
juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat
membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa
permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi,
sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang
sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat
Indonesia sampai saat sekarang ini.
Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian
Indonesia Di Masa
Depan Kontibusi terhadap kesempatan kerja
Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri
manufaktur, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu
pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan
struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori
mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan
ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita,
semakin kecil peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan
semakin besar peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor
tersier di bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor
pertanian, yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan
sektor-sektor ekonomi lainnya.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor
pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan,
hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen.
Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29
persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri
pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan,
asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial
dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini,
sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah
orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan
sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling
tinggi.
Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai
sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk
hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di
atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk
pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi pertama adalah
melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan
pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti
ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam
meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini
adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam
pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan
lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah dengan
mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan
menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan,
listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor
ini.
Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah
perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga
telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang
membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian
juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat
membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa
permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi,
sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang
sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat
Indonesia sampai saat sekarang ini.
Kontribusi pertanian terhadap devisa
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa,
yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan
Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor
pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang,
rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah.
Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya
dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian
terhadap pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar
produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri
domestic disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor
pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau
sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu
factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua
hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan
daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia
melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena keterbatasan
teknologi, SDM, dan modal.
Pada 2009 ekspor produk pertanian Indonesia baru mencapai 2,46 persen dari
total produksi beras yang dihasilkan petani di berbagai provinsi dengan jumlah
mencapai 69,5 juta ton gabah kering giling (GKG).
Selain untuk ekspor produksi padi juga untuk memenuhi program bantuan beras
rakyat miskin (Raskin) yang setiap bulannya dibutuhkan 260 ribu ton serta untuk
cadangan pangan nasional setiap akhir tahun lebih dari 1,5 juta ton.
Nilai tukar petani
Nilai tukar petani (NTP) adalah rasio antara indeks
harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator
dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani.[4] Pengumpulan data dan perhitungan NTP di Indonesia dilakukan oleh Biro Pusat Statistik.
Indeks harga yang
diterima petani (IT) adalah indeks
harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani.
Dari nilai IT, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan
petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan
pendapatan sektor pertanian.
IT dihitung
berdasarkan nilai jual hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani, mencakup
sektor padi, palawija, hasil peternakan, perkebunan rakyat, sayuran, buah, dan hasil perikanan (perikanan tangkap maupun budi daya).
Indeks harga yang dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan
rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun
kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Dari IB, dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar
dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk
memproduksi hasil pertanian. Perkembangan IB juga dapat menggambarkan
perkembangan inflasi di pedesaan.
IB dihitung berdasarkan indeks harga yang harus
dibayarkan oleh petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan penambahan barang
modal dan biaya produksi, yang dibagi lagi menjadi sektor makanan dan barang
dan jasa non makanan.
Secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian :
- NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik dan menjadi lebih besar dari pengeluarannya.
- NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
- NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.
Nilai tukar petani dapat bervariasi di setiap daerah
dan berfluktuasi seiring waktu. Nilai tukar petani dihitung secara skala
nasional maupun lokal. Nilai tukar petani secara nasional pada periode Oktober
2013 mengalami peningkatan 0.71% dari 104,56 poin pada periode September 2013
ke 105,30 poin namun secara
lokal, misal di Jambi,
didapatkan hasil yang berbeda. Di Jambi pada periode yang sama nilai tukar
petani naik sebesar 0,63 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu dari 87,56
point menjadi 88,11 point pada Oktober 2013.Peningkatan nilai tukar petani di Bali
juga dilaporkan berbeda, yakni sebesar 0,16 persen dari 106,82 persen pada
September 2013 menjadi 107 persen pada bulan Oktober 2013.
Orientasi pembangunan saat ini yang berfokus pada
industri dan modal cenderung mengesampingkan pembangunan pertanian pedesaan,
sehingga indikator nilai tukar petani tidak masuk ke dalam tujuan pembangunan.
Investasi Di Sektor Pertanian
Investasi berarti suatu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau
mempertahankan stok barang modal. Stok barang modal (capital stock) dan terdiri
dari pabrik, jalan, jembatan, perkantoran, produk-produk tahan lama lainnya,
yang digunakan dalam proses investasi. Investasi dapat diartikan juga sebagai
pengeluaran tambahan yang ditambahkan pada komponen-komponen barang modal
(capital accumulation). Sektor pertanian adalah salah satu sektor penting dalam
pergerakan perekonomian di Indonesia, terutama pada perekonomian pedesaan.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah rendahnya perkembangan investasi
dibidang pertanian, terutama spesifikasi pada investasi bidang pertanian dalam
arti sempit. Salah satu sektor penunjang yang dapat menjadi indikator investasi
adalah sektor perbankan. Berdasarkan data posisi pinjaman investasi yang
diberikan oleh sektor perbankan (baik bank pPersero, Bank Perkreditan Rakyat,
Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Swasta Asing, dan Bank
Campuran)kepada sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan, tren
pemberian modal investasi pada tahun 2005-januari 2011 cenderung stagnan. Pada
Bank Persero, pemberian pinjaman investasi mengalami peningkatan(dalam miliar
rupiah) dari 7.579 pada 2005 atau 19.18% menjadi 28.307 pada januari 2011 atau
31.5%. sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan mendapatkan jumlah
dan proporsi terbesar dalam penyaluran kredit investasi. Namun, peningkatan ini
masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan pada sektor listrik,
gas, dan air bersih yang mendapatkan proporsi sebesar 0.2% pada 2005 dan
meningkat menjadi 9% pada 2011. Pada Bank Pemerintahan Daerah, pada januari
2011, alokasi pinjaman investasi terbesar diberikan kepada sektor jasa, yaitu
21.76%. sektor jasa mengalami peningkatan yang sangat signifikan, karena pada
tahun 2005 sektor ini hanya mendapatkan alokasi sebesar 8.68%. sedangkan sekrot
pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar
18.8% pada 2005 dan 15.74% pada januari 2011. Hal ini menunjukan bahwa sektor
pertanian mengalami penurunan proporsi pemberian modal kreit pada bank
pemerintahan daerah. Pada bank swasta nasional, sektor pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar 9.02% pada 2005 dan
menjadi 8.46% pada januari 2011. Proporsi tertinggi pemberian pinjaman
investasi pada 2005 oleh bank swasta nasional adalah pada sektor perdagangan,
hotel, dan restoran sebesar 20.15%, dan pada januari 2011, sebesar 20.27%. Pada
bank swasta asing dan campuran, sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan
kehutanan memperoleh proporsi sebesar 1.9% pada 2005 dan 11.2% pada 2011.
Sedangkan sektor yang mendapatkan pinjaman terbesar adalah industri pengolahan
sebesar 43.8% pada 2005 dan 28% pada 2011. Berdasarkan data perkembangan
realisasi investasi PMA tahun 2006-2009, sektor tanaman pangan dan perkebunan
mendapatkan nilai realisasi investasi yang mengalami penurunan. Pada sektor
peternakan, nilai realisasi investasi mengalami peningkatan tajam pada 2007
namun setelah itu mengalami penurunan drastis hingga 2009. Sektor kehutanan
sejak tahun 2007 tidak mendapatkan realisasi investasi, sedangkan sektor
perikanan juga mengalami penurunan. Akan tetapi, jika diperhatikan secara
keselurhan, dapat disimpulkan bahwa investasi luar negeri lebih banyak
dialokasikan ke sektor sekunder dan tersier, dengan proporsi lebih dari 50%.
Berdasarkan data perkembangan realisasi investasi PMD tahun 2006-2009,sektor
tanaman pangan mengalami peningkatan pada tahun 2007, menurun pada tahun 2008,
dan meningkat kembali tahun 2009. Sektor petrnakan juga mengalami fluktuasi,
sedangkan sektor perikanan mengalami peningkatan. Sma seperti PMA, PMD pada
sektor pertanian memiliki proporsi yang masih lebih kecil dibandingkan pada
sektor lain. Identifikasi Penyebab Investasi Pertanian Terhambat Berdasarkan
data-data diatas, terlihat bahwa perkembangan investasi untuk sektor pertanian
memiliki kecenderungan yang terus menurun. Terdapat beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab ketidaktertarikan investor untuk menanamkan modalnya ke sektor
petanian, diantaranya: Pertama, sektor pertanian memiliki risiko dan
ketidakpastian yang sangat tinggi dibanding sektor lain. Terlebih lagi dengan
adanya climate change yang menyebabkan kemungkinan terjadinya fluktuasi
produksi menyebabkan ketidakpastian dan risiko yang dihadapi semakin tinggi.
Kedua, pada kasus pertanian di Indonesia, minimnya sarana pendukung yang
tersedia menjadi slah satu faktor yang membuat investasi pada pertanian semakin
tidak menarik. Seperti yang telah banyak diketahui, saat ini sarana pertanian
seperti irigasi misalnya yang ada di daerah adalah peninggalan masa orde baru
dan sudah semakin tidak terawat. Selain itu, karena umuya sentra produksi
pertanian berada di daerah, dan infrastruktur sepeti jalan yang ada pada
beberpaa jalur misalkan pada jalur pantura kurang baik sehingga besarnya
kemungkinan terjadi kerusakan barang semakin tinggi. Ketiga, masih sulitnya
birokrasi yang ada apabila hemdak mendirikan usaha pertanian yang memiliki skala
ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi kurang menarik. Keempat, masih tidak
stabilnya iklim investasi di Indonesia. Hal ini berlaku secara keseluruhan,
baik sektor pertanian maupun nonpertanian. Kelima, masih tidak stabilnya iklim
politik dan pada beberapa komoditi pertanian yang menjadi komoditi politik.
Keenam, masih maraknya pungutan-pungutan liar di Indonesia sehingga semakin
meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan. Masih terdapatnya tumpang tindih
kebijakan antar departemen atau kementrian yang ada dan kurangnya koordinasi
antar instansi pemeerintahan sehingga menimbulkan kebingungan pada investor
Ketujuh, adanya otanomi daerah yang terkadang kebijakannya tumpang tindih
dengan kebijakan pemerintah pusat. Kedelapan, anggapan bahwa investasi sektor
pertanian tidak menarik dibandingkan dengan sektor lain. Pertanian Sektor
pertanian adalah sektor yang memiliki peran penting dalam meningkatkan
perekonomian, terutama perekonomian pedesaan. Saat ini tren investasi pertanian
memiliki tren yang mengalami penurunan. Karena pentingnya peran investasi untuk
mengembangkan sektor pertanian, diperlukan berbagai kebijakan untuk
membangkitkan iklim investasi dibidang pertanian. Hal yang paling utama untuk
meningkatkan minat investasi bidang pertanian adalah menyinergiskan kebijakan
dalam pemerintahan, baik antara departemen/kementrian di pemerintah pusat
maupun dengan pemerintah daerah. Dengan adanya kesinergisan kebijakan, maka
investor mendapatkan suatu kepastian kebijakan investasi sehingga mereka dapat
lebih mudah untuk mengambil keputusan investasi. Pemerintah juga perlu
melakukan upaya pendekatan kepada investor untuk menanamkan modalnya dibidang
pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan untuk
investasi misalkan bantuan untuk merampingkan jalur birokrasi, memberikan
jaminan kestabilan politik dan keamanan investasi, serta perbaikan
infrastruktur sehingga dapat meminimalisasi risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan
terjamin dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses
industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa
berlangsung dengan baik. Ketahanan pangan berarti tidak ada kelaparan dan ini
menjamin kstabilan sosial dan politik.
Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor
pertanian yang kuat membuat tingkat pendapatan yang rill per kapita di sektor
tersebut tinggi yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap
barang-barang nonfood, khususnya manufaktur.
Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah
satu sumber input bagi sektor industri yang mana memiliki keunggulan
komparatif, misalnya industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian
jadi, industri kulit dan sebagainya.
Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik di
sektor pertanian bisa menghasilkan surplus disektor tersebut dan ini bisa menjadi
sumber investasi di sektor industri, khususnya industri skala kecil di
pedesaaan (keterkaitan investasi).
Sudah cukup
banyak pembahasan teoritis mengenai keterkaitan sektor pertanian dan sektor
industri dan studi-studi kasus di negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika
Latin yang membuktikan betapa pentingnya sektor pertanian bagi pertumbuhan di
sektor industri. Keterkaitan antara dua sektor tersebut terutama didominasi
oleh efek keterkaitan pendapatan, disusul kemudian oleh efek keterkaitan produksi,
sedikit bukti mengenai keterkaitan investasi.
Oleh karena itu, sektor pertanian memainkan
suatu peranan penting dalam pembangunan sektor industri di suatu daerah. Akan
tetapi, kenyataan di Indonesia tidak demikian. Data Input Output Table (IO)
dari BPS menunjukan bahwa keterkaitan produksi antara sektor pertanian dan
sektor industri manufaktur sangat lemah dan tingkat ketergantungan kedua sektor
tersebut terhadap impor barang-barang modal dan perantara sangat tinggi.
Idealnya dan memang harus menjadi pola industrialisasi di Indonesia adalah
seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut, yakni keterkaitan produksi
yang kuat antara kedua sektor tersebut sehingga ketergantungannya terhadap
impor dapat dikurangi atau sama sekali dihilangkan.
Sebagai contoh empiris, berdasarkan data I-O Nasional
1985. Menunjukan bahwa keterkaitan produksi ke belakang antara
industri kecil (IK) dan sektor pertanian jauh lebih besar dibanding keterkaitan
sektor tersebut dengan industi menengah dan besar (IMB). Perbedaan ini menandakan bahwa kalau dilihat dari struktur input dari
industri manufaktur, industri kecil lebih agricultural-based dibanding industri
menengah dan besar.
Sumber :
http://denandardede.blogspot.co.id/2015/05/keterkaitan-pertanian-dengan-industri_1.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar