Selasa, 24 November 2015

Tulisan_3ss_perekonomian Indonesia

  Sistem Mata Pencaharian atau Ekonomi Suku Sasak

Secara tradisional mata pencaharian terpenting dari sebagian besar orang Sasak adalah dalam lapangan pertanian. Dalam lapangan pertanian mereka bertanam padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedele, sorgum. Selain itu, mereka mengusahakan kebun kelapa, tembakau, kopi, tebu. Perternakan merupakan mata pencaharian sambilan. Mereka beternak sapi, kerbau dan unggas. Mata pencaharian lain adalah usaha kerajinan tangan berupa anyaman, barang-barang dari rotan, ukir-ukiran, tenunan, barang dari tanah liat, barang logam, dan lain-lain. Di daerah pantai mereka juga menjadi nelayan. Dalam rangka mata pencaharian tadi mereka menggunakan teknologi berupa pacul (tambah), bajak (tenggale), parang, alat untk meratakan tanah (rejak), kodong, ancok, dan lain-lain.
             
Menurut data dari pemerintah Lombok Timur, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lombok Timur sebagian besar dari sektor pertanian (59,55 %), selebihnya dari sektor perdagangan, hotel , restauran 11,95 %; jasa-jasa 9,14 %; industri 8,83 % dan lain-lain 10,53 %. Keadaan ini juga diperlihatkan dari pola penggunaan lahan yang ada, yaitu permukiman 5,01 %; pertanian (sawah, lahan kering, kebun, perkebunan) 48 %; hutan 34 %; tanah kosong (tanduns, kritis) 1 %; padang (alang, rumput dan semak) 9 %; perairan 0,6 %; pertambangan 0,2 % dan lain-lain penggunaan 5 %.

Suku Sasak dalam hal pertanian mengenal pertanian disawah dan diladang.  Dalam pertanian sawah untuk memngerjalan tanah sebelum di tanamai masyarakat suku sasak memiliki beberapa cara. Yang pertama adalah Membole, yaitu dengan cara melepaskan puluhan ekor kerbau ke sawah yang telah digenangi air. Injakan kaki berbau yang jumlahnya antara 15 hingga 35 ekor ini dapat membuat tanah menjadi gembur. Yang kedua adalah dengan Menggara, yaitu dengan membajak sawak menggunakan alat bajak yang ditarik dua ekor kerbau. (Titto Adonis, 1989:16-18) Tanaman yang biasanya ditaman adalah padi B3 dan padi bulu
Dalam pertanian ladang hal pertama yang dapat dilakukan adalah bungkah, yaitu mencangkul tanah ladang dan membersihkanya dari rumput-rumput dan bekas penanaman sebelumnya. Penolahan yang kedua adalah dengan membuat barisan tanah untuk menanam tanaman. Tanaman yang ditanam biasanya Kacang ijo, kacang panjang, dan Gandum (buleleng). Karena pertanian ladang tergantung pada air hujan maka pada musim kemarau masyarakat tidak mengerjakan ladang.

Adapun alat alat yang di gunakan masyarakat suku sasak dalam hal pertanian antara lain :
• Awis Jami   : Alat untuk memotong padi gogo dan padi 3B.Alat ini seperti sclurit Padi ini dipotong dengan cara nyolasin.

• Lenggara     : Seperti bajak dengan dua ekor kerbau

• Kodong      : Alat penangkap ikan yang terbuat dari bamboo yang bentuknya menyerupai sangkat burung. Dibawahnya dibuatkan lubang untuk jalan masuk bagi ikan.

• Sorok          : Pukat kecil yang terbuat dari  benang yang diberi tangkai rotan dan kayu lain  (Titto Adonis, 1989:27)
             
Salah satu yang menjadi ciri khas dari suku sasak di Lombok – Nusa Tenggara Barat adalah para wanita suku Sasak yang pandai menenun. Hasil tenun yang terkenal yaitu Tenun Ikat yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampir wanita suku sasak. Bagi masyarakat suku sasak, kedewasaan wanita yang siap untuk berkeluarga dapat dilihat dari seberapa pandai wanita tersebut membuat kain tenun ikat. Ini bisa dijadikan acuan bahwa wanita suku sasak yang sudah pandai menenun, dia sudah dianggap menjadi wanita dewasa dan layak berkeluarga. Keahlian menenun juga akan berdampak baik bagi kehidupan keluarga nantinya. Dengan pandai menenun, wanita suku sasak dapat membantu perekonomian keluarga yang biasanya para lelaki suku sasak hanya mendapatkan uang dari hasil berkebun atau berladang.
Para wanita suku sasak sudah sejak dari kecil diajarkan bagaimana cara menenun yang baik dan benar, wajar bila kita berkunjung ke Lombok dan menemui banyak wanita-wanita tua yang masih terampil menenun, karena dia sudah belajar menenun sejak kecil.
Kain tenun yang dihasilkan oleh suku sasak , Lombok – Nusa Tenggara Barat dibuat dengan cara-cara yang masih sangat tradisional. Alat-alat tradisional yang mereka pakai masih tetap sama seperti apa yang digunakan oleh nenek moyang mereka. Bahan-bahan yang digunakam juga berasal dari alam.
Mereka menggunakan benang-benang yang berasal dari serat-serat tumbuhan seperti serat nanas, serat pisang, kapas dan dari kulit kayu. Warna-warni dari kain berasal dari warna alami tanpa ada campuran bahan kimia, namun dengan itu membuat kualitas kain tenun ikat yang dihasilkan masyarakat suku sasak memiliki kualitas yang buruk, justru karena keunikan dan kekhasannya yang berasal dari alam, kain tenun hasil masyarakat suku sasak bernilai kualitas dan harga tinggi.
                                                         
Pada awalnya, kerajinan tenun ikat digunakan untuk busana pesta, busana pemimpin adat, maupun busana kaum bangsawan. Namun seiring perkembangan jaman, kedudukan tenun ikat ini meluas menjadi salah satu komoditi dari suku Sasak. Dan selain sebagai mata pencaharian sehari-hari, kegiatan menenun ini juga mereka jadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung, baik wisatawan local maupun wisatawan mancanegara sangat meminati kain tenun ikat buatan masyarakat suku sasak ini.



Daftar Pustaka
Unj-pariwisata.com,2012. Sistem mata pencaharian/sistem eknomi suku sasak http://unj-pariwisata.blogspot.co.id/2012/05/bab-v-sistem-mata-pencahariansistem.html diakses tanggal 15 november 18:48

Ratna liliany,2014. Menganalisis suku sasak http://lilianyratna.blogspot.co.id/2014/12/analisa-kebudayaan-suku-sasak.html diakses tanggal 15 november 19:00

Elfa Sabri Qalbina
1eb26/22215165


Tidak ada komentar:

Posting Komentar